Selasa, 19 Juni 2012

UANG DAN KURS TUKAR


UANG DAN KURS TUKAR DALAM JANGKA PENDEK
            Untuk menentukan  berapa nilai suatu mata uang sekarang, orang harus berusaha untuk menduga arti moneter dalam jangka panjang dari berbagai perkembangan berita yang baru. Persoalan yang langsung dihadapi adalah analog dengan persoalan yang dihadapi oleh seorang penanam (investor) yang sedang mempertimbangkan apakah akan membeli gandum yang akan datang atau sebuah rumah, atau beberapa bagian dari saham, atau kekayaan apa saja. Yang penting adalah untuk mengetahui bagaimana nilai sewa jasa jangka panjang dari kekayaan yang bersangkutan akan dipengaruhi oleh berita yang baru diumumkan. Para ahli valuta asing mempunyai firasat mengenai bagaimana berita berita baru mempunyai hubungan dengan nilai nilai. Sementara hanya itu sajalah firasat mereka, tingkah laku mereka dalam pasar mengungkapkan jenis jenis kekuatan yang mereka pertimbangkan apabila mereka berpindah – pindah dari mata uang yang satu ke mata uang yang lainnya.

DASAR DASAR YANG SAMA
            Pendapat para investor mengenai arti daripada perubahan dalam mata uang segera sebagai reaksi terhadap petunjuk – petunjuk baru mengenai trend jangka panjang dalam penawaran uang dan produk nasional kekuatan dasar yang sama yang sudah dibahas sehubungan dengan persamaan teori kuantitas. Misalnya, permintaan mereka akan mata uang menaik setelah suatu berita yang menunjukkan bahwa bank sentral negara yang bersangkutan bersedia untuk menyebabkan suatu resesi dan keadaan pengangguran dengan memperketat persediaan uang sebanyak dan selama diperlukan untuk mengembalikan stabilitas harga. Tanda – tanda daripada perkembangan yang lebih cepat dalam produk nasional nyata dan posisi persaingan Internasional dari negara sering dipakai sebagai tanda – tanda daripada permintaan yang berkembang yang akan datang bagi mata uang tersebut dan dengan demikian meningkatkan nilai pasar yang sekarang.
            Perlu dicatat bahwa petunjuk – petunjuk mengenai perubahan perubahan yang akan datang dalam persediaan uang dan produk nasional mempengaruhi harga segera (spot price) dengan langsung dan tidak hanya apabila perubahan di masa datang betul betul terjadi. Untuk melihat ini, bayangkanlah suatu kasus tertentu mengenai peringatan – peringatan jauh sebelumnya tentang kemungkinan kenaikan yang besar dalam persediaan uang sesuatu negara dua tahun yang akan datang.

PERTANDA PASAR YANG LAINNYA.
            Perbedaan tingkat bunga. Kita dapat melihat bahwa pasar valuta asing sangat peka terhadap perubahan dalam tingkat bunga. Seringkali apabila tingkat bunga menurun (menaik) di suatu negara secara relatif terhadap tingkat – tingkat bunga di negara – negara lain, maka nilai dari mata uang suatu negara nampaknya menurun (menaik) dalam menanggapi berita seperti ini. Suatu kasus dramatis adalah tingkah laku dari dollar A.S pada saat itu dalam menanggapi perubahan – perubahan besar dalam tingkat bunga A.S. dalam tahun1980. Dalam musim semi tingkat bunga menurun dan nilai dollar menurun. Dalam musim rontok dollar nampaknya meningkat dalam menanggapi setiap kejutan dalam tingkat bunga A.S. Sebagian dari arti pentingnya tingkat bunga mudah dipahami, bagian lain sulit dipahami. Bagian mudahnya adalah pokok yang sederhana bahwa sebagian dari keuntungan memegang mata uang dan berspekulasi mengenai nilainya di masa mendatang terdiri dari bunga yang diperoleh atas deposito atau surat – surat berhargayang disimpan dalam mata uang itu. Dengan demikian untuk setiap kurs perubahan yang diduga dalam harga dollar pada saat itu, maka suatu kenaikan dalam tingkat bunga dollar A.S secara relative terhadap tingkat bunga membuat lebih menarik untuk membeli dan memegang dollar dan dengan demikian menaikkan nilai dollar saat itu.
            Bagian yang lebih sulit daripada tugas melihat reaksi yang nampak dari kurs – kurs tukar terhadap tingkat bunga berhubungan dengan perubahan yang disebabkan oleh dugaan mengenai kurs tukar yang akan datang. Apabila nampaknya tingkat bunga melonjak di A.S dan tidak diluar negeri, bagaimana hal ini akan mempengaruhi harapan anda mengenai nilai saat itu dari dollar A.S di masa mendatang?. Jawabnya bergantung kepada apa yang diperkirakan yang menyebabkan lonjakan dalam tingkat bunga A.S. Apabila diperkirakan bahwa sebab – sebabnya adalah kebijaksanaan keuangan yang ketat atau suatu perluasan sehat dalam produktivitas nyata dari ekonomi A.S. (yang membuat perusahaan A.S ingin meminjam lebih banyak dalam jangka pendek untuk membelanjai perluasan), maka cukup beralasan untuk percaya akan kekuatan dollar. Pada investor nampaknya beranggapan demikian di akhir 1970. Akan tetapi apabila diperkirakan bahwa tingkat bunga A.S meningkat karena orang mengharapkan inflasi harga A.S yang lebih cepat atau karena pemerintah A.S sedang menuju defisit yang lebih besar, maka cukup beralasan untuk meragukan kekuatan dollar di masa mendatang. Relevansi dari perubahan tingkat bunga dengan demikian bergantung kepada apa yang menyebabkannya. Tingkat – tingkat bunga tidak demikian pasti merupakan determinan daripada tingkat kurs tukar seperti persediaan uang dan produk nasional dalam jangka panjang.
            Neraca perdagangan dan neraca pembayaran keseluruhan. Pasar valuta asing sering nampaknya menanggapi pengumuman angka – angka resmi mengenai neraca perdagangan dan neraca pembayaran keseluruhan antara negara. Hal ini tampak wajar, karena suatu defisit perdagangan atau defisit pembayaran nampaknya sebagai pertanda bahwa negara yang menderita defisit lebih banyak mengeluarkan uang daripada yang diperolehnya dari luar negeri. Ketidakseimbangan yang demikian nampaknya mengirimkan mata uang ke pihak luar negeri yang tidak begitu menginginkannya dan yang kemungkinan besar akan berusaha untuk mengeluarkannya. Atau dinyatakan dalam pembahasan mengenai uang nasional sebagai jalan menuju ke Produk Nasional Bruto, defisit perdagangan dan pembayaran dapat dianggap sebagai pertanda bahwa seseorang, apakah dinegeri induk atau di luar negeri, telah berpindah kepada membeli barang – barang dan jasa – jasa yang diberi harga dalam mata uang asing dan dengan demikian menginginkan untuk memegang (dan membelanjakan) lebih banyak dalam mata uang asing.
DARI PERSEDIAAN UANG KE NERACA PEMBAYARAN DI BAWAH KURS TUKAR TETAP
            Pembahasan mengenai persediaan uang mempengaruhi kurs tukar dapat diterapkan kembali kepada suatu kasus khusus yang penting yang telah mendapatkan banyak perhatian : kasus mengenai suatu negara dengan kurs tukar tetap yang mata uangnya hanya diminta oleh penduduknya sendiri. Dalam hal ini kita mempersoalkan dampak daripada perubahan dalam persediaan uang atas surplus atau defisit pembayaran menyeluruh, dan bukannya dengan dampak kurs tukar, yang sekarang kita pertahankan agar tetap. Analisa bentuk ini khususnya relevan dengan suatu sistem kurs tukar yang tetap atau hampir tetap seperti system Bretton Woods sebelum tahun  1971 dan terutama relevan dengan negara – negara yang lebih kecil yang berusaha untuk mepertahankan mata uang mereka agar tersangkut (pegged) dalam nilai secara relative terhadap mata uang internasional yang utama.
Pendekatan Moneter kepada Neraca Pembayaran.
            Kaum Monetaris menganggap mudah dan wajar untuk membuat panah – panah dari persediaan uang ke neraca pembayaran dalam kasus kurs tukar tetap. Apabila persediaan uang diperbesar, melalui bank sentral yang menciptakan cadangan tambahan dan bank – bank yang memperluas peminjaman mereka maka penduduk  non bank dari negeri induk akan menginginkan untuk membelanjakan sebagian dari saldo uang tambahan mereka. Sebagian daripada pembelanjaan mereka adalah untuk barang – barang dan jasa – jasa dalam negeri. Sebagian lagi untuk barang – barang dan jasa – jasa luar negeri. Tambahan pembelian dari barang – barang dan jasa – jasa dalam negeri cenderung mengurangi ekspor dengan mengalihkan sebagian dari produk nasional dari pembeli luar negeri. Kemungkinan pengurangan ekspor ini, ditambah dengan rangsangan langsung kepada impor, akan menyebabkan defisit perdagangan dan pembayaran yang baru. Tambahan persediaan uang dengan demikian berarti defisit perdagangan dan pembayaran yang lebih besar (atau surplus yang lebih kecil). Para pendukung pendekatan moneter kepada neraca pembayaran telah berhasil untuk sebagian di dalam menjelaskan perpindahan yang Nampak dalam neraca pembayaran yang dinyatakan dalam perpindahan dalam persediaan uang secara relative terhadap permintaan – permintaan akan uang.
Pandangan Keynes
            Pendekatan standar cara Keynes kepada makro ekonomi, memberikan suatu rantai kausal yang berbeda dari persediaan uang ke neraca pembayaran. Meskipun hasil akhirnya adalah sama . persediaan uang menaik berarti defisit lebih besar, namun jalan ceritanya berbeda. Prosesnya dimulai dengan perubahan dalam kemampuan dan ketersediaan dari bank untuk menciptakan uang dengan meminjamkan deposito.
















Peningkatan dalam persediaan                                               Pengeluaran meningkat         Neraca
Uang, bank lebih bersedian untuk          Tingkat                                                                Perdagangan
Meminjamkan                                     bunga menurun           Ada modal                          memburuk
Neraca pembayaran keseluruhan memburuk
                                                                                          Mengalir ke luar                              


         
dan
Penurunan dalam persediaan uang, bank kurang bersedia untuk memberi  pinjaman
                                                                             Pengeluaran menurun        Neraca perdagangan
                                                   Tingkat bunga                                                             Membaik
                                                   Menurun                    Ada modal
Neraca pembayaran keseluruhan membaik
                                                                                    Mengalir masuk        

                                                              

           
Kesediaan bank untuk memberi pinjaman dapat secara khas disebabkan oleh kebijaksanaan moneter yang bersifat ekspansi dari bank sentral, seperti menurunkan persyaratan batas cadangan bank, atau menurunkan tingkat diskonto dengan mana bank – bank meminjam cadangan dari bank sentral, atau menciptakan cadangan bank tambahan dengan membeli tambahan surat – surat berharga pemerintah di pasar terbuka. Peningkatan kemampuan untuk member pinjaman akan menyebabkan bahwa bank akan menawarkan tingkat bunga yang lebih rendah kepada para peminjam. Lebih banyak pinjaman baru diberikan yang membuat jumlah aktiva bank di dalam negera meningkat (D) dan pada waktu bersamaan juga passive uang (M ) mereka. Para peminjam memakai dana yang dipinjam untuk membuat pengeluaran baru, untuk rumah – rumah baru, pabrik, dan peralatan baru, dan barang – barang konsumen yang tahan lama. Pengeluaran tambahan menjadi ekspandi ganda dari pengeluaran dan pendapatan nasional, yang mungkin disertai oleh harga – harga yang meningkat. Kenaikan dalam pendapatan dan harga membuat impor meningkat dan neraca perdagangan  menjadi  lebih buruk. Sementara itu penurunan dalam tingkat bunga dalam negeri menyebabkan pemegang kekayaan uang untuk mencari tingkat bunga yang lebih tinggi di luar negeri. Perpindahan mereka dari memberi pinjaman dengan bunga di luar negeri berbentuk penjualan deposito bank di negeri ini untuk mendapatkan aktiva yang menghasilkan bunga di negara – negara lain, dan mungkin juga dalam mata – mata uang yang lain. Arus keluar dari pinjaman ini, atau modal yang mengalir keluar, meletakkan deposito bank di tangan penduduk negara – negara lain. Baik memburuknya neraca perdagangan maupun modal yang mengalir keluar member sumbangan kepada memburuknya neraca pembayaran secara keseluruhan. Suatu penambahan dari persediaan uang jelas membuat neraca pembayaran keseluruhan lebih buruk. Di pihak lain, suatu pengetatan dari persediaan uang nasional jelas meningkatkan neraca secara keseluruhan.
Persoalan Sehubungan dengan tingkat bunga
            Skenario Keynes yang baru dijelaskan menghadapi dua persoalan penting apabila kita melihat dengan lebih dekat kepada peranan daripada tingkat bunga.
            Yang pertama adalah bahwa di dalam dunia yang kini peka dengan inflasi, maka menaikkan persediaan uang dapat meningkatkan tingkat bunga nominal dan bukan menurunkannya. Setelah bertahun – tahun kesadaran yang semakin meningkat mengenai ancaman memperhebat inflasi, para investor bertindak dengan sensitif terhadap perubahan – perubahan dalam jalannya persediaan uang. Berbagai kenaikan yang tidak diduga akhir – akhir ini mengenai persediaan uang telah memperingatkan para investor akan kemungkinan mengenai kenaikan harga yang lebih cepat, dan reaksi mereka adalah untuk menanggap bahwa diperlukan tingkat bunga yang lebih tinggi untuk kompensasi kepada para peminjam karena inflasi tambahan. Meskipun reaksi mereka tidak segera demikian, namun cepat atau lambat kenaikan dalam tingkat persediaan uang akan menyebabkan tambahan inflasi dan tingkat bunga yang lebih tinggi.
            Bahkan apabila tambahan persediaan uang memang menurunkan tingkat bunga di pasar valuta dalam negeri, maka tingkat bunga yang lebih tinggi akan meningkatkan neraca pembayaran hanya dalam arti jangka pendek yang sangat terbatas. Kita tidak dapat berbicara tentang menggunakan tingkat bunga yang lebih tinggi untuk menarik modal (meminjamkan) ke negeri ini tanpa memikirkan kenyataan bahwa tingkat bunga yang lebih tinggi itu harus dibayarkan. Dampak negatif daripada pembayaran bunga kemudian dan pembayaran pokok yang mengalir keluar atas neraca pembayaran akan melampaui arus masuk permulaan dari modal apabila dollar yang sekarang dan yang akan datang semua mempunyai timbangan satuan yang sama.

DARI NERACA PEMBAYARAN KEMBALI KEPADA PERSEDIAAN UANG
            Suatu surplus di dalam neraca pembayaran suatu negara merupakan suatu cara dengan mana negara menambah persediaan uangnya, dan suatu defisit merupakan cara dengan mana persediaan uang menjadi habis.
            Kesimpulan umum ini secara umum adalah benar, meskipun implikasi dari suatu surplus atau defisit pembayaran bagi persediaan uang nasional bergantung kepada bagaimana surplus atau defisit ini diukur dan kepada lembaga – lembaga moneter negara yang bersangkutan.
            Untuk keperluan pembahasan ini kita akan merumuskan surplus neraca pembayaran sebagai kenaikan netto dalam kekayaan uang di luar negeri sesuatu negara dikurangi kenaikan netto dari tuntutan uang negara – negara lain kepada negara ini (deposito bank, mata uang dan sebagainya).
            Di waktu – waktu yang lalu, uang adalah serupa dengan kekayaan cadangan internasional. Hal ini benar bagi negara – negara yang utama sebelum akhir abad – 19. Emas merupakan kekayaan cadangan internasional, dan kekayaan dalam negeri yang mendukung uang kertas, dan bahkan bentuk mula – mula dari uang yang beredar itu sendiri. Hal ini terutama benar sebelum timbulnya perbankan cadangan fraksi (fractional reserve banking) selama abad ke 18. Ketika bank masih melakukan fungsi mengeluarkan surat – surat bank yang semua dapat ditebus  sepenuhnya dengan emas apabila depositornya mau menyerahkannya, emas adalah uang dan cadangan. Hal yang serupa dengan ini berlaku bagi banyak perekonomian colonial sebelum mereka merdeka. Mata uang dari negara colonial beredar di Koloni sebagai persediaan uang, yang dinaikkan atau diturunkan, bergantung kepada apakah negara berada dalam surplus atau defisit pembayaran. Apabila uang dan cadangan adalah sama, maka terdapat suatu identitas sederhana yang menghubungkan surplus neraca pembayaran dengan persediaan uang nasional.
            Apabila cadangan dan uang merupakan hal yang sama,
                                                            B = ∆ R = ∆ M     
Dan tingkat pertumbuhan dari persediaan uang bergantung hanya kepada neraca pembayaran :
 =

Dimana B merupakan surplus neraca pembayaran (arus masuk netto dari uang luar negeri). ∆R merupakan perubahan dalam cadangan, dan  ∆M adalah perubahan dalam persediaan uang. Surplus neraca pembayaran yang diukur dengan cara demikian baik sejauh mana persediaan uang negara ini sedang bertambah dan seluruh mana negara negara lain kehilangan uang.
            Kini kebanyakan lembaga – lembaga moneter negara –negara lebih kompleks dari hal di atas. Persediaan uang tidak lagi terbatas kepada suatu jumlah yang sama dengan cadangan moneter  negara, apakah kekayaan cadangan dalam negeri atau kekayaaan cadangan internasional. Emas sudah lama ditarik dari  peredaran moneter swasta, meskipun masih merupakan suatu barang konsumen dan industry yang meningkat nilainya. Kekayaan cadangan internasional suatu negara dipegang untuk sebagian besar oleh pihak moneter sentral yang berwewenang (bank sentral dan kas negara) dan oleh bank – bank swasta, sebagai bagian, tetapi hanya bagian dari dukungan persediaan uang negara. Kebanyakan uang modern terdiri dari deposito atas permintaan dalam bank yang hanya didukung oleh fraksi cadangan dari sistem perbankan.
            Untuk menyederhanakan rangkaian  lembaga – lembaga moneter yang lebih kompleks tanpa merubah hasil – hasil yang pokok, kita akan menganggap pejabat – pejabat moneter dan bank – bank swasta yang mereka awasi sebagai sektor perbankan yang terkonsolidasi. Kita juga akan menganggap bahwa semua mata uang kepada luar negeri menjadi bebannya, dan bahwa uang nasional hanya terdiri dari deposito bank atas permintaan, dengan mengabaikan mata uang dalam peredaran. Dibawah asumsi – asumsi ini, persediaan uang nasional (M) terdiri atas cadangan yang dipegang oleh system perbankan (R) ditambah kekayaan domestic dari sistim perbankan (D), yang sesuai dengan hutang deposito atas permintaan lainnya.
            Apabila cadangan dan uang tidak merupakan hal yang sama,
                                                M = R + D,
Dan karena = ∆R
                                                ∆M = B + ∆D
Sehingga tingkat pertumbuhan dari persediaan uang bergantung kepada neraca pembayaran dan juga kepada kredit dalam negeri :
                                                 =
Selama sistim perbankan tidak merubah aktiva dalam negerinya (sehingga ∆D = 0), saldonya mempengaruhi uang sama langsungnya dalam hal ini seperti tidak harus dibedakan antara cadangan dengan uang. Apabila persediaan uang mula mula adalah 100, maka surplus neraca pembayaran sebesar 10 per tahun menaikkan persediaan uang dengan 10 persen per tahun.
            Namun di bawah lembaga – lembaga kontemporer, system perbankan dapat menghilangkan atau “sterilisasi” ketidakseimbangan pembayaran, yaitu menjaga agar tidak mempunyai dampak netto atas persediaan uang nasional. Sterilisasi ini dapat dilaksanakan oelh pejabat – pejabat moneter atau bank – bank swasta di salam sektor perbankan. Para penguasa dapat melakukan hal ini dengan menanggapi pembayaran surplus dengan mengurangi kemampuan daripada bank – bank swasta untuk member pinjaman (dengan kebijaksaanaan uang yang demikian ketat sehingga menaikkan persyaratan cadangan dari bank – bank swasta). Bank – bank swasta dapat melakukan hal ini, apabila mereka menginginkan, dengan mengurangi pemberian pinjaman mereka kepada peminjam dalam negeri sebesar jumlah surplus pembayaran. Dengan demikian, suatu surplus pembayaran sebesar 10 persen setahun dapat juga agar tidak mempengaruhi persediaan uang apabila system perbankan mengurangi kredit dalam negeri dengan 10 persen per tahun , dengan membuat agar B = - ∆D, sehingga YM = 0. Sesuai dengan itu, system perbankan dapat menstrelisasi suatu defisit dengan memperbesar kredit luar dalam negeri secukupnya untuk mempertahankan agar persediaan uang seluruhnya tetap sama.
            Dengan demikian, suatu surplus atau defisit pembayaran mempengaruhi persediaan uang hanya apabila system perbankan tidak mensterilisasi ketidakseimbangan pembayaran. Ada batas batas jelas bagi sistim perbankan untuk melindungi persediaan uang nasional sama sekali terhadap neraca pembayaran. Apabila negara tetap mengalami surplus, dan berusaha untuk mengimbangi hal ini dengan mengurangi pemberian pinjaman dalam negeri, maka setelah beberapa waktu cadangannya (misalnya, deposito di bank – bank luar negeri) akan sebesar persediaan keseluruhan uang dalam negeri , dan surplus – surplus lain akan menaikkan persediaan uang (kecuali apabila sistim perbankan menjadi peminjam netto dari sektor – sektor lainnya dalam perekonomian). Di pihak lain, apabila negara tetap mengalami defisit, maka sistim perbankan akan segera kehabisan cadangan. Meskipun hal ini mungkin apbila negara bersedia untuk membiarkan mata uangnya berfluktuasi dalam nilainya tanpa dukungan resmi, maka hal ini bertentangan dengan system kurs tukar tetap yang sedang kita bahas sekarang. Dengan demikian neraca pembayaran cepat atau lambat cenderung mempengaruhi persediaan uang, akan tetapi mungkin lebih belakangan dalam negara – negara dengan ketidakseimbangan pembayaran yang kecil secara relative terhadap cadangan dan persediaan uang.

KESIMPULAN
            Karena pasar valuta asing merupakan pasar dimana uang diperdagangkan dengan uang, maka tidak dapat dielakkan bahwa penjelasan mengenai bagaimana pergerakan dari kurs tukar akan berkisar pada penawaran dan permintaan akan uang nasional. Dalam jangka panjang, permintaan akan suatu uang nasional dapat dinyatakan sebagai kPy, atau suatu koefisien tingkah laku (k) dikalikan dengan tingkat harga (P) dikalikan dengan tingkat produk nasional nyata (y). Keseimbangan menyesuaikan permintaan ini terhadap persediaan uang (M). Suatu keseimbangan yang serupa akan cenderung bertahan dalam negara – negara asing (Mf = kf Pf yf).
            Keseimbangan – keseimbangan pasar uang yang terpisah dapat dirobah menjadi teori kurs tukar dengan bantuan teori paritas daya beli. Teori ini meramalkan bahwa persaingan Internasional akan cenderung menyamakan harga dalam dan luar negeri dari barang – barang dan jasa – jasa yang diperdagangkan, sehingga P = rPf keseluruhan, di mana r adalah harga daripada mata uang asing dalam satuan mata uang dalam negeri. Apabila paritas daya beli berlaku, maka pendekatan moneter kepada kurs tukar meramalkan bahwa :
                                                            r =   =

          Perubahan dalam persediaan uang dan produk nasional nyata dengan demikian adalah penting bagi pengertian tentang perubahan jangka panjang dari kurs tukar.
            Teori paritas daya beli dapat bertahan dengan baik untuk jangka waktu, katakanlah, satu decade atau lebih di bawah kurs normal daripada perobahan harga. Namun untuk jangka pendek, ramalannya kurang tepat. Perubahan jangka pendek dari kurs – kurs tukar secara kritis bergantung kepada pengharapan para investor  dan tanggapan mereka atas berita – berita. Mereka nampaknya amat memperhatikan berita – berita politik, angka – angka neraca pembayaran, dan banyak petunjuk lainnya mengenai permintaan dan penawaran jangka panjang.
            Persediaan uang mempengaruhi neraca pembayaran di bawah kurs – kurs tukar tetap sama seperti ia mempengaruhi kurs tukar pasar mengambang. Persediaan uang dalam negeri yang lebih besar.  Berarti defisit pembayaran yang lebih besar. Hasil ini dapat diperoleh dari pandangan monetaris atau Keynes, meskipun yang terakhir ini mengandung beberapa bagian yang kurang sesuai sehubungan dengan peranan daripada tingkat – tingkat bunga.
            Karena surplus atau defisit keseluruhan atas neraca pembayaran secara kasar merupakan suatu arus uang netto atau cadangan yang mendukung uang, neraca pembayaran jelas dapat mempengaruhi persediaan uang nasional. Lembaga – lembaga kontemporer memungkinkan, dalam batas – batas luas, bagi pejabat moneter untuk memutuskan hubungan ini dengan “ mensterilisasi”, atau mengimbangi surplus atau defisit neraca pembayaran. Surplus dapat dijaga agar tidak menambah kepada persediaan uang nasional dengan pengetatan oleh system perbankan mengenai kredit domestic, dan defisit dapat diimbangi oleh perluasan daripada kredit dalam negeri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar