Sabtu, 29 Januari 2011

PROSPEK EKONOMI TAHUN 2011


PENDAHULUAN
A.    LATAR  BELAKANG
Indikator perekonomian Indonesia di akhir tahun 2010 ini memperlihatkan tanda-tanda positif. Cadangan devisa sudah mencapai angka sekitar 93 miliar dollar AS. Indeks saham BEI sudah mencapai angka di atas 3600. Rupiah cukup kuat bergerak di sekitar Rp 8900 -9100/USD. Ketiga hal di atas tersebut menguat disebabkan oleh aliran modal asing ke Indonesia yang sangat luar biasa, khususnya ke pasar modal dan pasar uang. Termasuk, naiknya harga-harga komoditas dasar di pasar global membuat perekonomian Indonesia semakin membaik. Di samping itu, gaya pemerintahan sekarang yang sangat pro pasar bebas, sehingga para investor asing merasa sangat nyaman berbisnis di Indonesia. Oleh karena itu, dalam jangka pendek perekonomian Indonesia memiliki prospek yang sangat bagus, dan di tahun 2011 perekonomian Indonesia akan semakin membaik.
Untuk pembangunan ekonomi domestik, Djayendra melihat distribusi uang dari sektor perbankan ke sektor usaha sudah semakin membaik. Peran bank umum besar dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) semakin luar biasa untuk membantu keuangan usaha kecil menengah. Saat ini mendapatkan modal usaha dari bank untuk usaha kecil menengah mungkin tidak sesulit zaman dulu. Sekarang bank semakin memahami kekuatan usaha kecil menengah dan memiliki motivasi yang sangat luar biasa untuk membantu keuangan usaha kecil menengah. Artinya, perekonomian domestik dengan kekuatan usaha kecil, menengah, dan usaha non formal akan memperkuat fondasi perekonomian domestik Indonesia di sepanjang tahun 2011.
2010 telah kita lalui bersama dengan segala macam peristiwa, saatnya kita melihat bagaimana prospek ekonomi di tahun 2011. Beberapa pengamat memperkirakan optimisme bahwa perekonomian tahun depan akan cerah dan menjanjikan.
B.     RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan latar belakang diatas, rumusan masalah yang diambil yaitu : Bagaimana prospek ekonomi makro Indonesia tahun 2011?
C.     TUJUAN PENULISAN
Dari rumusan masalah diatas tujuan penulisan ini yaitu Untuk mengetahui prospek dari ekonomi makro tahun 2011.
D.    MANFAAT PENULISAN
1.   Dapat menjadi kontribusi bagi perbendaharaan ilmu pengetahuan.
2.   Dapat di jadikan sebagai referensi bagi pembuat makalah selanjutnya yang punya relevansi.
3.   Dapat menambah wawasan dan cakrawala berpikir penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.





BAB II
PEMBAHASAN

PREDIKSI PROSPEK PEREKONOMIAN INDONESIA 2011
Menurut  Djajendra:
Indikator perekonomian Indonesia di akhir tahun 2010 ini memperlihatkan tanda-tanda positif. Cadangan devisa sudah mencapai angka sekitar 93 miliar dollar AS. Indeks saham BEI sudah mencapai angka di atas 3600. Rupiah cukup kuat bergerak di sekitar Rp 8900 -9100/USD. Ketiga hal di atas tersebut menguat disebabkan oleh aliran modal asing ke Indonesia yang sangat luar biasa, khususnya ke pasar modal dan pasar uang. Termasuk, naiknya harga-harga komoditas dasar di pasar global membuat perekonomian Indonesia semakin membaik. Di samping itu, gaya pemerintahan sekarang yang sangat pro pasar bebas, sehingga para investor asing merasa sangat nyaman berbisnis di Indonesia. Oleh karena itu, dalam jangka pendek perekonomian Indonesia memiliki prospek yang sangat bagus, dan di tahun 2011 perekonomian Indonesia akan semakin membaik.
Untuk pembangunan ekonomi domestik, beliau melihat distribusi uang dari sektor perbankan ke sektor usaha sudah semakin membaik. Peran bank umum besar dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) semakin luar biasa untuk membantu keuangan usaha kecil menengah. Saat ini mendapatkan modal usaha dari bank untuk usaha kecil menengah mungkin tidak sesulit zaman dulu. Sekarang bank semakin memahami kekuatan usaha kecil menengah dan memiliki motivasi yang sangat luar biasa untuk membantu keuangan usaha kecil menengah. Artinya, perekonomian domestik dengan kekuatan usaha kecil, menengah, dan usaha non formal akan memperkuat fondasi perekonomian domestik Indonesia di sepanjang tahun 2011.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2011 diperkirakan akan berada disekitar  5,8% – 6,2%. Rupiah akan berada di sekitar 8900/9400 per dollar Amerika Serikat. Dan saya sangat percaya di tahun 2011 perjalanan perekonomian Indonesia akan terlihat seperti di tahun 2010.
Untuk memperkecil risiko yang tidak diinginkan, perekonomian Indonesia harus selalu dikelola secara sangat berhati-hati. Sebab, dana-dana investasi yang masuk cukup besar ke pasar modal dan pasar uang tersebut berpotensi sebagai dana-dana spekulasi. Untuk itu, saatnya kita semua tidak terlalu terlenah oleh pujian-pujian dari berbagai lembaga internasional terhadap kemajuan ekonomi Indonesia. Kita semua harus selalu optimis dalam melihat masa depan ekonomi kita, tapi kita juga harus cerdas memahami realitas yang kita miliki saat ini.  Di samping itu kita harus jujur atas keterbatasan energi listrik kita untuk mendorong terciptanya investasi di sektor riil. Persoalan infrastruktur sangat perlu di perhatikan. Hal yang paling sederhana adalah persoalan macet di jalan raya. Hampir semua kota-kota bisnis dan industri di Indonesia mengalami hambatan dalam distribusi produk dan jasa secara efektif, efisien, dan produktif. Dan semua ini disebabkan tidak terkelolanya jalan raya secara baik, sehingga macet di mana-mana dan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah harus lebih fokus untuk pemerataan dan pembangunan ekonomi domestik.  Industri dalam negeri harus lebih dilindungi dan jangan dibiarkan menjadi korban dari industri murah China.  Jangan terlalu terlenah dengan angka-angka ekonomi makro, tapi perhatikan sifat dari angka-angka ekonomi makro tersebut.  Manfaatkan momentum positif perekonomian Indonesia di tahun 2011 untuk memperkuat fondasi sektor usaha perkebunan, pertanian, perikanan, dan energi. Manfaatkan potensi kreatifitas masyarakat Indonesia untuk memperkuat fondasi ekonomi domestik.  Alam Indonesia yang luar biasa indah ini seharusnya mulai dikelola secara profesional untuk menarik lebih banyak wisatawan mancanegara.
Pertumbuhan Ekonomi
Prospek perekonomian Indonesia untuk tahun 2011 masih tergambar cukup baik, didukung oleh kuatnya konsumsi dan investasi swasta di dalam negeri. Setelah diperkirakan tumbuh sebanyak 6% untuk tahun 2010, dapat dinilai bahwa perekonomian Indonesia masih bisa tumbuh sekitar 6.1-6.3 untuk tahun 2011.
Dari sisi permintaan, sektor konsumsi (baik swasta dan pemerintah) tumbuh sebesar kira kira 5,4% (y-o-y) sepanjang tahun 2010 didukung oleh kuatnya konsumi rumah tangga, yang juga telah terindikasi dengan tingginya penjualan kendaraan bermotor dan indeks penjualan riil di Indonesia.
Masuknya investasi modal asing juga telah mendukung perkembangan ekonomi Indonesia, dan kami menilai bahwa jumlah investasi modal asing akan mendekati USD 15 milyar untuk tahun 2010. Ini merupakan rekor tertinggi untuk Indonesia, walaupun kami melihat adanya kemungkinan untuk jumlah ini semakin meningkat di tahun 2011.

Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi (GDP)

Konsumsi Swasta / Rumah Tangga
Tingkat inflasi yang cukup terjaga, menguatnya nilai mata uang Rupiah dan juga meningkatnya indeks saham Jakarta telah membantu mendorong sentimen konsumen di Indonesia. Ini telah membuat konsumsi rumah tangga kembali tumbuh sebesar 5,2% di tahun 2010. Pertumbuhan yang juga terlihat di lapangan tenaga kerja juga telah berperan besar untuk mengangkat tingkat pengangguran dalam negeri.
Ke depan, resiko dari melambung tingginya inflasi, dan dampak dari perekonomiadunia yang terlihat tersendat-sendat sekali lagi, bisa jadi menghambat pertumbuhankonsumsi swasta di tahun 2011. Namun demikian, perlu kita catat kalau BI sendiritampaknya masih ogah-ogahan untuk menaikan tingkat suku bunganya, yangnampaknya akan membuat pertumbuhan kredit dalam negeri tetap pesat disekitaran 20% yoy.
Berkurangnya tingkat pembelanjaan pemerintah dan kemungkinan akan dikurangkannya jumlah subsidi BBM di tahun 2011 bisa jadi akan membuat pertumbuhan konsumi swasta terbatas. Walau bagaimana pun, kami tetap optimis kalau momentum yang positif dari tahun ini akan mendorong konsumsi swasta untuk terus berkembang sebanyak kira-kira 4,5% untuk tahun 2011.
Pertumbuhan Konsumsi
Konsumsi Swasta (LHS) Konsumsi Pemerintah (RHS)
Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah telah sedikit berkurang di Semester II tahun 2010 menyusul dengan konsolidasi posisi fiskal pemerintah, dengan defisit anggaran pemerintah diperkirakan lebih rendah dari 1.5% terhadap GDP Indonesia. Melihat tren dari pembelanjaan pemerintah di tahun 2010, kami juga melihat bahwa pemerintah telah berupaya untuk mengendalikan tingkat pengeluarany dibandingkan dengan tahun 2009 lalu. Sementara itu, dalam sisi pendapatan sendiri, membaikany tingkat pendapatan pajak pemerintah juga telah mengangkat posisi fiscal balance untuk tahun 2010. Secara umum, kami juga melihat kemungkinan kalau melemahnya tren pembelanjaan pemerintah ini disebabkan dengan keyakinan yang lebih tinggi terhadap potensi pertumbuhan konsumsi dan investasi swasta.
Dalam APBN yang disusun untuk tahun 2011, ada beberapa hal yang menarik untuk disimak. Pertama, pemerintah Indonesia akan mengurangi pembelanjaan subsidinya (-13.6% yoy) seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian Indonesia secara menyeluruh. Di saat yang bersamaan, pemerintah juga telah berkomitmen untuk menaikan pembelanjaan modal dan investasi baru sebanyak hampir 30% yoy. Kedua hal ini akan semakin mendorong potensi pertumbuhan ekonomi ke depan, apalagi menilai dengan apalagi menilai dengan tingginya multiplier effect dari pembelanjaan modal terhadap peningkatan ekonomi secara menyeluruh.
Pada saat ini, kami perkirakan kalau pertumbuhan pengeluaran pemerintah tahun 2011 akan kembali ke sekitaran 4-5%, walaupun adanya resiko dari harga minyak dunia.


Investasi
Laju investasi pada 2010 telah didorong dengan meningkatknya sentimen di dalam negeri dan juga membaiknya profil makro Indonesia di mata investor asing. Kami memperkirakan kalau jumlah investasi modal asing akan mencapai rekor tertingginya sebanyak USD 15 milyar tahun ini, dan di saat yang bersamaan tingkat investasi modal lokal juga telah meningkat pesat dan mencapai USD 4milyar selama Kuartal I-III tahun 2010, yang sebenarnya telah melampaui jumlah investasi lokal total di tahun-tahun sebelumnya.
Adanya excess capacity di dalam negeri dan upaya pemerintah Indonesia yang masih berkomitmen untuk meningkatkan infrastruktur di Indonesia terus membuka peluang untuk masuknya investasi modal baru baik dari dalam negeri ataupun luar negeri.
Selain itu, kami juga melihat bahwa kemungkinan dinaikannya credit rating Indonesia juga akan terus menambah kepercayaan investor terhadap potensi di Indonesia.
Dengan melihat tren pertumbuhan impor barang modal, kami juga melihat masih positifnya potensi investasi untuk tahun 2011, walaupun kemungkinan besar kita akan melihat laju pertumbuhan investasi tetap berada di sekitar 5-9% seperti yang terlihat di tahun ini.
http://www.ocbc.com.sg/download/business_banking/Treasury_Instruments/Liputan%20Khusus.pdf
Inflasi
Tren inflasi di tahun 2010 terlihat cukup terjaga, walaupun sempat meningkat pesat di Kuartal III disebabkan dengan dominannya harga bahan makanan. Di saat yang bersamaan, kami juga melihat bahwa menguatnya konsumsi dalam negeri tetap memberikan tekanan kepada tingkat harga secara umum, apalagi dengan semakin tingginya pertumbuhan kredit perbankan yang diperkirakan akan mencapai sekitar 20-25% di tahun 2010.
Untuk tahun 2011 sendiri, dengan adanya resiko kenaikan tingkat harga komoditas di dunia dan rencana pemerintah untuk mulai mengurangi subsidi BBM merupakan beberapa faktor lainnya yang akan mengangkat tren inflasi ke atas. Kami berpendapat kalau tingkat inflasi di Indonesia bisa mencapai rata-rata 6,5-7,0% di tahun 2011, lebih tinggi dari sekitar 5,0-5,2% yang terlihat di tahun 2010.
JAKARTA-Ketika APBN 2011 diketok parlemen pada Oktober tahun lalu, optimisme akan stabilitas makroekonomi masih membuncah di tahun kelinci-logam. Tapi kini, inflasi tinggi akibat melonjaknya harga pangan menjadi ancaman yang makin serius. Jika salah urus, Indonesia bisa kehilangan momentum pertumbuhan yang sudah didapat di tahun lalu.
Sejatinya, tahun 2011 ini merupakan waktu yang tepat untuk kembali tinggal landas setelah dihantam krisis keuangan dunia pada 2008 silam. Apalagi, Indonesia masih diuntungkan oleh situasi global.
Kebijakan suku bunga rendah yang diambil Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang, diyakini masih akan memicu masuknya modal ke negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Potensi peningkatan peringkat utang Indonesia menjadi investment grade juga makin meningkatkan daya saing ekonomi di tanah air.
Optimisme terhadap prospek perekonomian tahun ini, terpancar jelas pada asumsi-asumsi makroekonomi di Undang-Undang No 10/2010 tentang APBN 2011. Untuk kali pertama, nominal produk domestik bruto (PDB) menembus Rp7.000 triliun, dengan tingkat pertumbuhan ekonomi di level 6,4 persen. Kurs rupiah diasumsikan Rp9.250 per USD, suku bunga SBI 3 bulan 6,5 persen, dan rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) USD 80 per barel, dengan produksi minyak nasional 970.000 barel per hari. Sementara inflasi  ditarget  sangat optimis di posisi 5,3 persen.
Namun, optimisme itu bisa buyar dengan makin riilnya ancaman inflasi menjadi ancaman nomer wahid saat ini. Harga pangan terus merangkak naik akibat anomali cuaca dan meningkatnya permintaan seiring pulihnya pertumbuhan. Jika ditambah dengan kebijakan pembatasan konsumsi BBM, ancaman inflasi tinggi tersebut makin terlihat nyata.
Asumsi inflasi 5,3 persen memang hampir mustahil terjadi, mengingat inflasi tahun lalu saja sudah nyaris mencapai 7 persem, atau tepatnya 6,96 persen. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan termasuk yang mengakui bahwa asumsi itu kelewat optimistis. “Saya bilang 5,3 persen itu luar biasa. Kalau sampai 6 persen saja saya kira masih optimislah,” kata Rusman.
Jika ngotot ingin inflasi bisa ditekan di posisi 5,3 persen, menurut Rusman, harus dilakukan peninjauan kebijakan-kebijakan yang bisa memicu tingginya inflasi. Selain itu, harga kebutuhan pokok harus benar-benar bisa dikendalikan. “Ada harapan yang signifikan kalau ada panen. Mudah mudahan, karena kalau beras turun mungkin (inflasi) bisa lebih rendah,” katanya.
Direktur Eksekutif Indef (Institute for Development of Economics and Finance) Ahmad Erani Yustika berpendapat pemerintah harus lebih serius dalam melaksanakan kebijakan manajemen pangan dan energi. “Untuk pangan ini, soalnya sudah menumpuk sejak dulu, tapi tidak ada penanganan sama sekali,” kata Erani.
Erani mengatakan, pemerintah seharusnya bisa berbuat lebih banyak dalam mengendalikan inflasi yang didorong oleh kenaikan harga pangan. Selama ini, kata dia, petani dibiarkan menanam dengan informasi yang terbatas. Sehingga, tidak ada pola pasokan yang berkesinambungan. Selain itu, di sisi distribusi penuh dengan mafia. Sehingga, mekanisme pasar tidak berjalan efektif. “Pemerintah tahu pemain-pemainnya. Tapi tidak pernah ada tindakan,” kata Erani.
Sementara, Bulog telah dikerdilkan perannya sejak 1998. Semua penyebab inflasi itu diperparah dengan kondisi infrastruktur yang buruk. Dari sisi Bank Indonesia (BI) diharapkan tidak hanya menekan inflasi dengan kebijakan moneter. Menurut Erani, BI bisa menjadi koordinator yang memandu daerah dalam menangani inflasi. Inflasi tinggi memang menjadi momok masyarakat di segala lapisan. Dengan inflasi tinggi, aset rupiah yang dimiliki setiap orang berkurang nilainya dengan sendirinya. Ibarat kata, begitu bangun tidur, asetnya sudah dirampas inflasi. Ini lah yang membuat panik pasar modal di tanah air di awal tahun ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi tajam akibat kekhawatiran makin tingginya inflasi.
Dari hasil pantauan Bank Indonesia pada pekan pertama tahun ini, pasar keuangan domestik bergerak mixed dengan kecenderungan melemah. “Hal ini tercermin dari pelemahan IHSG, kenaikan yield SUN dan pelemahan nilai tukar,” kata Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi Ahmad Johansyah. Semua pelemahan tersebut disebabkan oleh sentimen negatif inflasi.
Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan mengatakan, di sisi moneter, BI masih memiliki cadangan devisa yang cukup untuk meredam sentimen negatif pasar. “Cadangan devisa cukup untuk untuk calm down the market,” katanya.
Menurut Fauzi, kekhawatiran pasar terhadap inflasi tinggi seharusnya tidak perlu terjadi. Sebab, inflasi di Indonesia lebih disebabkan oleh volatile foods, bukan inflasi inti. “Market harus memilah antara inflasi karena kebutuhan masyarakat dengan pangan karena cuaca buruk,” kata Fauzi.
Meski demikian, Fauzi menyebut sejumlah sentimen positif yang bisa menjaga stabilitas makro ekonomi dan pasar keuangan. Selain cadangan devisa bank sentral yang cukup, kondisi APBN juga relatif sehat, pertumbuhan yang relatif tinggi, neraca berjalan yang masih surplus, serta potensi kenaikan rating Indonesia menjadi investment grade.
Ia menambahkan, pemerintah harus tangkas dalam mengendalikan inflasi. Jika pemerintah dinilai tidak kredibel dalam mengendalikan kenaikan harga, investor bisa melepas sebagian portofolionya.
Tak hanya kalangan berduit yang bisa membeli saham dan obligasi yang menjadi korban inflasi. Masyarakat miskin juga menjadi korban. Bahkan, mereka adalah pihak yang paling terdampak oleh inflasi akibat tingginya harga pangan. Melejitnya harga beras dan cabe diperkirakan akan menaikkan angka kemiskinan. Pemerintah telah memiliki enam skenario dampak tingginya inflasi terhadap angka kemiskinan. Semuanya adalah skenario buruk.
Angka kemiskinan pada Maret 2011 dipastikan akan lebih tinggi dibandingkan Maret 2010 yang sebesar 13,3 persen. Skenario terbaik adalah ?harga beras naik 7,1 persen dab cabai 37 persen. Dengan skenario itu, angka kemiskinan naik menjadi 13,8 persen. Sedangkan dalam skenario terburuk, dengan harga beras meningkat 21,3 persen dan cabai 171 persen, angka kemiskinan melonjak menjadi 14,5 persen.
Pemerintah sendiri mengaku akan maksimal menjaga inflasi. ?Kita akan all-out jaga inflasi,? kata Hatta. Selain perbaikan distribusi, pemerintah juga berjanji untuk menggunakan senjata intervensi fiskal untuk meredam harga pangan. Rapat demi rapat kini tengah dilakukan pemerintah. Kita tunggu saja, apakah yang keluar dari meja rapat benar-benar efektif di lapangan.
Perkiraan Ekonomi Indonesia Tahun 2011 menurut Pengamat keuangan, alumnus UGM Yogyakarta, bekerja di salah satu sekuritas BUMN di Kota Medan

Kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) di tahun 2010 cukup fantastis. Selama tahun 2010 ini IHSG telah mencatatkan kenaikan di atas 40%. Yang berarti jika kita menyimpan uang dalam bentuk efek khususnya saham, maka ada kemungkinan uang kita bertambah sebanyak 40%. Bisa saja lebih dari 40%, jika kita tepat memilih saham yang memiliki kinerja di atas rata-rata pergerakan IHSG.
Terbukti jika berinvestasi di pasar saham memberikan keuntungan yang lebih tinggi dari produk investasi lain dalam jangka panjang. Pertumbuhan pendapatan para emiten di lantai bursa yang menjadi salah satu penyebabnya, selain pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih tetap naik meskipun sejumlah negara besar justru mengalami kemunduran dalam pertumbuhan ekonominya.

Inflasi masih tetap menjadi kekhawatiran bagi pasar modal kita. Meski demikian laju inflasi ditahun 2011 nantinya tidak akan jauh berbeda dengan laju inflasi di tahun 2010 ini. Hanya saja Bank Indonesia memiliki ruang untuk menaikan suku bunga di tahun 2011, terlebih jika harga pangan terus naik ditambah naiknya harga minyak dunia yang diperkirakan bisa mendekatai harga US$ 100/barel.
Katalis di tahun 2011 yang diperkirakan akan tetap menopang IHSG untuk tetap naik adalah belanja pemerintah serta pertumbuhan investasi asing di negeri ini. Karena Indonesia masih menarik di mata investor internasional yang ditegaskan dengan rencana kenaikan peringkat hutang Indonesia oleh Moody’s. Bukti yang nyata terlihat dengan terus meningkatnya FDI (Foreign Direct Invesment) dari tahun ke tahun.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih menjanjikan nantinya akan meningkatkan permintaan kredit, yang diperkirakan akan mengalami kenaikan sebesar 15% dari tahun 2010 ini. Sehingga di tahun 2011 mendatang bukan tidak mungkin IHSG dapat menembus level 4000 atau mungkin lebih tinggi lagi.  Sehingga tentunya berinvestasi di pasar modal masih menjanjikan keuntungan.

Pertumbuhan pendapatan beberapa emiten yang menjanjikan ada di sektor komoditas seperti pertambangan dan perkebunan. Beberapa saham  yang menarik dicermati antara lain ADRO (Adaro energy), BWPT (BW Plantation), LSIP (London Sumatera) dan UNTR (United Tractor). Meskipun tentunya masih ada saham lain yang layak untuk dikoleksi.
Untuk surat hutang negara, sejauh ini Indonesia tetap mampu menarik minat investor untuk berinvestasi dalam instrument tersebut. Meskipun perbedaan suku bunga (spread) antara BI Rate dan Bunga The FED terus mengecil. Namun, kepemilikan asing dalam surat utang Negara justru terus meningkat. Walaupun pada dasarnya hal tersebut juga menyisahkan masalah disisi lain.
Nilai tukar rupiah sepertinya tidak perlu dikhawatirkan di tahun 2011 nanti. Cadangan devisa kita yang terus membesar memberikan ruang yang lebih banyak bagi Bank Indonesia untuk mengontrol laju pergerakan rupiah agar tetap sesuai dengan kepentingan nasional. Sehingga memungkinkan bagi rupiah untuk tetap bertahan dan menghindari kemungkinan guncangan eksternal di tahun 2011.

Dengan melihat perkembangan ekonomi makro serta ekspektasi di masa yang akan datang, kita dapat berkesimpulan bahwa ekonomi kita tetap menjanjikan di tahun 2011. Banyak peluang yang masih bisa kita raih serta berharap tidak ada kejutan-kejutan di luar ekspektasi. Dengan tetap bersyukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa. Selamat Natal dan Tahun Baru bagi yang merayakan. (Oleh Gunawan)
Jakarta, 18 November 2010 (Business News) menyatakan bahwa :
Menteri Keuangan (saat itu) Sri Mulyani memprediksi pertumbuhan ekonomi negara 7% akan tercapai pada 2011. Namun tentunya pertumbuhan harus didukung berbagai pemulihan setelah krisis ekonomi global. Katanya, Kami belum terlalu ambisius. Mungkin pada 2010 masih agak naik turun dan 2011 kalau konsolidasi selesai mungkin sudah mulai pulih.
Menurut Sri Mulyani, prospek pemulihan ekonomi dunia ini,-yakni bagaimana nilai tukar dan inflasi dunia bisa segera tercapai keseimbangan yang baru. Prospek pemulihan ekonomi dunia ini mengacu pada berbagai sumber yang selama ini didengar dan dipelajari sendiri datanya. Dunia berharap adanya sebuah tatanan ekonomi baru pada tahun 2011, terutama yang berhubungan dengan ekonomi China dan Amerika.
Sementara itu, kepala Ekonom BNI Tony Prasetiantono mengatakan permasalahan yang dihadapi Indonesia saat ini adalah belum ada indikasi perekonomian bisa tumbuh sampai tujuh persen per tahun karena investasi belum bergerak cepat. Sementara itu, karakteristik pertumbuhan ekonomi juga terus mengalami perubahan.
Industri kita kian capital intensive (padat modal) dari pada labor intensive (padat karya) sehingga daya serap tenaga kerja kita rendah," ujarnya saat peluncuran buku Boediono, Ekonomi Indonesia Mau ke Mana?. Inilah, kata dia, tantangan perekonomian In-donesia di mana bagaimana pemerintah bisa meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi.
Di lain sisi, Bank Indonesia menilai target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,1-6,4 persen masih bisa diterima. Selain itu, perkiraan inflasi pemerintah dinilai masih sesuai perhitungan BI. "Masih achievable," ujar Peneliti Tim Riset Ekonomi Direktorat Kebijakan Moneter Bank Indonesia Juda Agung saat dihubungi Tempo.
Selain itu, Juda juga menilai perkiraan inflasi sebesar 4,9-5,3 persen dinilai masih sesuai batas perhitungan Bank Indonesia. "Itu masih sesuai dengan hitungan BI, yakni plus minus 5 persen. Yakni 4-6 persen tahun 2011 nanti," ujar Juda.
Sebelumnya, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Marzuki Alie menyatakan dewan dan pemerintah dalam pembicaraan pendahuluan telah menyepakati kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijaksanaan fiskal tahun 2011 dengan beberapa asumsi dasar sebagai pedoman penyusunan APBN tahun 2011.
Antara lain, pertumbuhan ekonomi 6,1-6,4 persen, inflasi 4,9-5,3 persen, nilai tukar rupiah Rp9.100-9.400 per Dolar Amerika Serikat, tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia 3 bulan 6,2 persen-6,5 persen, produksi minyak bumi (lifting) sebesar 960.000-975.000 barel per hari, dan harga patokan minyak bumi Indonesia 75,0-90,0 Dolar Amerika Serikat per barel," ujar Marzuki saat menyampaikan pidato pembukaan pembacaan nota keuangan di Gedung DPR RI. (HS)
Perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh sebesar 6,3 persen pada tahun 2011 atau lebih tinggi dari tahun sebelumnya tetapi risiko juga akan lebih tinggi, seorang pengamat ekonomi berkata pertumbuhan ekonomi negara itu diperkirakan lebih tinggi dari 5,9 persen diperkirakan pada tahun 2010, tetapi juga dengan risiko yang lebih tinggi karena Indonesia terletak di daerah rawan bencana alam, ekonom Anggito Abimanyu mengatakan di Jakarta, Selasa dalam sebuah seminar tentang "Ekonomi dan Industri Outlook 2011 .

Mantan wakil menteri ekonomi mengatakan, Indonesia duduk di sebuah kawasan di mana 22 gunung berapi yang masih aktif dan karena itu manajemen risiko yang lebih baik akan diperlukan terutama asuransi untuk masyarakat yang tinggal di sekitar pegunungan.
"Kita perlu menambahkan dimensi bencana alam terhadap risiko ekonomi Indonesia karena 22 gunung berapi yang masih aktif," katanya.

Risiko lainnya termasuk inflasi yang tinggi yang didominasi oleh kenaikan harga beras dan kokot lainnya Pada tahun 2010 harga beras. naik 15,2 persen sementara minyak goreng 14 persen, katanya.

Anggito mengatakan harga kebutuhan pokok juga naik karena kekurangan stok beras dibandingkan tahun lalu. "Stok beras tahun ini lebih kecil dari tahun lalu sementara pemerintah tidak bisa impor beras dari Vietnam karena negara itu juga menderita kekurangan," katanya.

Ia mengatakan, krisis pangan itu bukan masalah mudah tetapi dapat dibuat menjadi sebuah tantangan dan kesempatan Anggito diperkirakan. Tingkat inflasi tahun depan akan kurang dari lima persen, namun laju bisa terus mendorong investor asing untuk datang ke pasar Indonesia jika Bank Indonesia terus mempertahankan suku bunga acuannya sebesar 6,5 persen.

Mengenai nilai tukar rupiah yang sekarang memperkuat Anggito mengatakan bahwa itu masih dalam kisaran yang kompetitif untuk eksportir "Penguatan nilai tukar rupiah. Untuk antara Rp8, 900 dan Rp9050 per dolar AS masih kompetitif bagi eksportir sementara mata uang regional lainnya juga menghargai, "katanya.
Anggito mengatakan ia optimistis Indonesia akan mencapai investment grade pada tahun 2011 dengan pertumbuhan manufaktur mencapai 5,0 persen untuk pertama kalinya dalam 10 tahun terakhir.

Namun tahun 2011 bukan tanpa tantangan bagi ekonomi Indonesia. Dari faktor eksternal, pemberlakuan pasar bebas antara ASEAN dan CINA atau ASEAN-China Free Trade Agreements (AC-FTA) yang mulai diberlakukan Januari 2010  telah mengancam kelangsungan hidup berbagai sektor industri manufaktur di Indonesia yang bahkan sebelum AC-FTA berlaku telah mengalami kesulitan untuk bersaing dengan produk Cina yang membanjiri pasar Indonesia.
“EMAS HITAM” (minyak mentah) sangat berpengaruh terhadap ekonomi gelobal, tak terkecuali Indonesia, kenaikan harga minyak yang mendorong kenaikan harga berbagai komoditi baik yang berhubungan langsung dengan minyak bumi maupun komoditi yang tidak berhubungan langsung tetapi terkena dampak kenaikan harga minyak. Dengan fluktuatifnya keadaan geopolitik yang ada saat ini, kita akan sukar memprediksi harga minyak kedepanya, dan ini akan berpengaruh terhadap APBN Negara kita.
 Masalah stabilitas politik yang terjadi di Indonesia yang kita ketahui bersama belum kondusif yang sedikit banyak berdampak terhadap perekonomian kita, sebagi contoh adalah kasus Bank Century, kasus Mafia pajak, Ciak dan Buaya dan masih banyak lagi
Demikian juga masalah keterbatasan infrastruktur yang belum bisa terpecahkan seperti kondisi jalan raya dan pasokan listrik yang belum mencukupi kebutuhan, diperkirakan bisa menghambat laju investasi yang diharapkan akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi ditahun 2011.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia kemungkinan juga tidak merata, misalnya sektor manufaktur masih relatif lambat untuk bangkit kembali karena kondisi pabrik yang memerlukan restrukturisasi setelah sekian lama tidak ada investasi untuk meremajakan fasilitas produksi yang sudah tua.
Namun di luar itu, hampir semua pihak sepakat bahwa ekonomi Indonesia pada posisi yang menguntungkan untuk bisa tumbuh lebih pesat pada tahun 2011. Bukan hanya Pemerintah dan Bank Indonesia yang menunjukkan optimisme dengan menargetkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada tahun 2011 yaitu sekitar 6 sampai 6.3 %.
Dengan tren positf yang terjadi saat ini memang pertumbuhan ekonomi yang di canangkan oleh pemerintah sebesar 6.3 % ( enam koma tiga persen ) memang sebuah target yang sangat realistis di tengah pertumbuhan ekonomi gelobal yang baru pulih











BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Prospek perekonomian Indonesia untuk tahun 2011 masih tergambar cukup baik, didukung oleh kuatnya konsumsi dan investasi swasta di dalam negeri. Setelah diperkirakan tumbuh sebanyak 6% untuk tahun 2010, kami menilai bahwa perekonomian Indonesia masih bisa tumbuh sekitar 6.1-6.3 untuk tahun 2011.
Dari sisi permintaan, sektor konsumsi (baik swasta dan pemerintah) tumbuh sebesar kira kira 5,4% (y-o-y) sepanjang tahun 2010 didukung oleh kuatnya konsumi rumah tangga, yang juga telah terindikasi dengan tingginya penjualan kendaraan bermotor dan indeks penjualan riil di Indonesia.
Masuknya investasi modal asing juga telah mendukung perkembangan ekonomi Indonesia, dan kami menilai bahwa jumlah investasi modal asing akan mendekati USD 15 milyar untuk tahun 2010. Ini merupakan rekor tertinggi untuk Indonesia, walaupun kami melihat adanya kemungkinan untuk jumlah ini semakin meningkat di tahun 2011.


SARAN

Untuk dapat mempertahankan agar eksistensi perekonomian di Indonesia mengalami kemajuan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah sebagai berikut :
1.  Pemerintah harus lebih fokus untuk pemerataan dan pembangunan ekonomi domestik.
2.   Industri dalam negeri harus lebih dilindungi dan jangan dibiarkan menjadi korban dari    industri murah China.
3.  Jangan terlalu terlena dengan angka-angka ekonomi makro, tapi perhatikan sifat dari angka-  angka ekonomi makro tersebut.
4.    Manfaatkan momentum positif perekonomian Indonesia di tahun 2011 untuk memperkuat fondasi sektor usaha perkebunan, pertanian, perikanan, dan energi.
5.   Manfaatkan potensi kreatifitas masyarakat Indonesia untuk memperkuat fondasi ekonomi domestik.
6.  Alam Indonesia yang luar biasa indah ini seharusnya mulai dikelola secara profesional untuk     menarik lebih banyak wisatawan mancanegara.













DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar