UANG
DAN KURS TUKAR DALAM JANGKA PENDEK
Untuk menentukan berapa nilai suatu mata uang sekarang, orang
harus berusaha untuk menduga arti moneter dalam jangka panjang dari berbagai
perkembangan berita yang baru. Persoalan yang langsung dihadapi adalah analog
dengan persoalan yang dihadapi oleh seorang penanam (investor) yang sedang
mempertimbangkan apakah akan membeli gandum yang akan datang atau sebuah rumah,
atau beberapa bagian dari saham, atau kekayaan apa saja. Yang penting adalah
untuk mengetahui bagaimana nilai sewa jasa jangka panjang dari kekayaan yang
bersangkutan akan dipengaruhi oleh berita yang baru diumumkan. Para ahli valuta
asing mempunyai firasat mengenai bagaimana berita berita baru mempunyai
hubungan dengan nilai nilai. Sementara hanya itu sajalah firasat mereka,
tingkah laku mereka dalam pasar mengungkapkan jenis jenis kekuatan yang mereka
pertimbangkan apabila mereka berpindah – pindah dari mata uang yang satu ke
mata uang yang lainnya.
DASAR
DASAR YANG SAMA
Pendapat para investor mengenai arti
daripada perubahan dalam mata uang segera sebagai reaksi terhadap petunjuk –
petunjuk baru mengenai trend jangka panjang dalam penawaran uang dan produk
nasional kekuatan dasar yang sama yang sudah dibahas sehubungan dengan
persamaan teori kuantitas. Misalnya, permintaan mereka akan mata uang menaik
setelah suatu berita yang menunjukkan bahwa bank sentral negara yang
bersangkutan bersedia untuk menyebabkan suatu resesi dan keadaan pengangguran
dengan memperketat persediaan uang sebanyak dan selama diperlukan untuk
mengembalikan stabilitas harga. Tanda – tanda daripada perkembangan yang lebih
cepat dalam produk nasional nyata dan posisi persaingan Internasional dari
negara sering dipakai sebagai tanda – tanda daripada permintaan yang berkembang
yang akan datang bagi mata uang tersebut dan dengan demikian meningkatkan nilai
pasar yang sekarang.
Perlu dicatat bahwa petunjuk –
petunjuk mengenai perubahan perubahan yang akan datang dalam persediaan uang
dan produk nasional mempengaruhi harga segera (spot price) dengan langsung dan
tidak hanya apabila perubahan di masa datang betul betul terjadi. Untuk melihat
ini, bayangkanlah suatu kasus tertentu mengenai peringatan – peringatan jauh
sebelumnya tentang kemungkinan kenaikan yang besar dalam persediaan uang
sesuatu negara dua tahun yang akan datang.
PERTANDA
PASAR YANG LAINNYA.
Perbedaan tingkat bunga. Kita dapat
melihat bahwa pasar valuta asing sangat peka terhadap perubahan dalam tingkat
bunga. Seringkali apabila tingkat bunga menurun (menaik) di suatu negara secara
relatif terhadap tingkat – tingkat bunga di negara – negara lain, maka nilai
dari mata uang suatu negara nampaknya menurun (menaik) dalam menanggapi berita
seperti ini. Suatu kasus dramatis adalah tingkah laku dari dollar A.S pada saat
itu dalam menanggapi perubahan – perubahan besar dalam tingkat bunga A.S. dalam
tahun1980. Dalam musim semi tingkat bunga menurun dan nilai dollar menurun.
Dalam musim rontok dollar nampaknya meningkat dalam menanggapi setiap kejutan
dalam tingkat bunga A.S. Sebagian dari arti pentingnya tingkat bunga mudah
dipahami, bagian lain sulit dipahami. Bagian mudahnya adalah pokok yang
sederhana bahwa sebagian dari keuntungan memegang mata uang dan berspekulasi
mengenai nilainya di masa mendatang terdiri dari bunga yang diperoleh atas
deposito atau surat – surat berhargayang disimpan dalam mata uang itu. Dengan
demikian untuk setiap kurs perubahan yang diduga dalam harga dollar pada saat
itu, maka suatu kenaikan dalam tingkat bunga dollar A.S secara relative
terhadap tingkat bunga membuat lebih menarik untuk membeli dan memegang dollar
dan dengan demikian menaikkan nilai dollar saat itu.
Bagian yang lebih sulit daripada
tugas melihat reaksi yang nampak dari kurs – kurs tukar terhadap tingkat bunga
berhubungan dengan perubahan yang disebabkan oleh dugaan mengenai kurs tukar
yang akan datang. Apabila nampaknya tingkat bunga melonjak di A.S dan tidak
diluar negeri, bagaimana hal ini akan mempengaruhi harapan anda mengenai nilai
saat itu dari dollar A.S di masa mendatang?. Jawabnya bergantung kepada apa
yang diperkirakan yang menyebabkan lonjakan dalam tingkat bunga A.S. Apabila
diperkirakan bahwa sebab – sebabnya adalah kebijaksanaan keuangan yang ketat
atau suatu perluasan sehat dalam produktivitas nyata dari ekonomi A.S. (yang
membuat perusahaan A.S ingin meminjam lebih banyak dalam jangka pendek untuk
membelanjai perluasan), maka cukup beralasan untuk percaya akan kekuatan
dollar. Pada investor nampaknya beranggapan demikian di akhir 1970. Akan tetapi
apabila diperkirakan bahwa tingkat bunga A.S meningkat karena orang
mengharapkan inflasi harga A.S yang lebih cepat atau karena pemerintah A.S
sedang menuju defisit yang lebih besar, maka cukup beralasan untuk meragukan
kekuatan dollar di masa mendatang. Relevansi dari perubahan tingkat bunga
dengan demikian bergantung kepada apa yang menyebabkannya. Tingkat – tingkat
bunga tidak demikian pasti merupakan determinan daripada tingkat kurs tukar
seperti persediaan uang dan produk nasional dalam jangka panjang.
Neraca perdagangan dan neraca
pembayaran keseluruhan. Pasar valuta asing sering nampaknya menanggapi
pengumuman angka – angka resmi mengenai neraca perdagangan dan neraca
pembayaran keseluruhan antara negara. Hal ini tampak wajar, karena suatu
defisit perdagangan atau defisit pembayaran nampaknya sebagai pertanda bahwa
negara yang menderita defisit lebih banyak mengeluarkan uang daripada yang
diperolehnya dari luar negeri. Ketidakseimbangan yang demikian nampaknya
mengirimkan mata uang ke pihak luar negeri yang tidak begitu menginginkannya
dan yang kemungkinan besar akan berusaha untuk mengeluarkannya. Atau dinyatakan
dalam pembahasan mengenai uang nasional sebagai jalan menuju ke Produk Nasional
Bruto, defisit perdagangan dan pembayaran dapat dianggap sebagai pertanda bahwa
seseorang, apakah dinegeri induk atau di luar negeri, telah berpindah kepada
membeli barang – barang dan jasa – jasa yang diberi harga dalam mata uang asing
dan dengan demikian menginginkan untuk memegang (dan membelanjakan) lebih
banyak dalam mata uang asing.
DARI
PERSEDIAAN UANG KE NERACA PEMBAYARAN DI BAWAH KURS TUKAR TETAP
Pembahasan mengenai persediaan uang
mempengaruhi kurs tukar dapat diterapkan kembali kepada suatu kasus khusus yang
penting yang telah mendapatkan banyak perhatian : kasus mengenai suatu negara
dengan kurs tukar tetap yang mata uangnya hanya diminta oleh penduduknya
sendiri. Dalam hal ini kita mempersoalkan dampak daripada perubahan dalam
persediaan uang atas surplus atau defisit pembayaran menyeluruh, dan bukannya
dengan dampak kurs tukar, yang sekarang kita pertahankan agar tetap. Analisa
bentuk ini khususnya relevan dengan suatu sistem kurs tukar yang tetap atau
hampir tetap seperti system Bretton Woods sebelum tahun 1971 dan terutama relevan dengan negara –
negara yang lebih kecil yang berusaha untuk mepertahankan mata uang mereka agar
tersangkut (pegged) dalam nilai secara relative terhadap mata uang
internasional yang utama.
Pendekatan
Moneter kepada Neraca Pembayaran.
Kaum Monetaris menganggap mudah dan
wajar untuk membuat panah – panah dari persediaan uang ke neraca pembayaran
dalam kasus kurs tukar tetap. Apabila persediaan uang diperbesar, melalui bank
sentral yang menciptakan cadangan tambahan dan bank – bank yang memperluas
peminjaman mereka maka penduduk non bank
dari negeri induk akan menginginkan untuk membelanjakan sebagian dari saldo uang
tambahan mereka. Sebagian daripada pembelanjaan mereka adalah untuk barang –
barang dan jasa – jasa dalam negeri. Sebagian lagi untuk barang – barang dan
jasa – jasa luar negeri. Tambahan pembelian dari barang – barang dan jasa –
jasa dalam negeri cenderung mengurangi ekspor dengan mengalihkan sebagian dari
produk nasional dari pembeli luar negeri. Kemungkinan pengurangan ekspor ini,
ditambah dengan rangsangan langsung kepada impor, akan menyebabkan defisit
perdagangan dan pembayaran yang baru. Tambahan persediaan uang dengan demikian
berarti defisit perdagangan dan pembayaran yang lebih besar (atau surplus yang
lebih kecil). Para pendukung pendekatan moneter kepada neraca pembayaran telah
berhasil untuk sebagian di dalam menjelaskan perpindahan yang Nampak dalam
neraca pembayaran yang dinyatakan dalam perpindahan dalam persediaan uang
secara relative terhadap permintaan – permintaan akan uang.
Pandangan
Keynes
Pendekatan standar cara Keynes
kepada makro ekonomi, memberikan suatu rantai kausal yang berbeda dari
persediaan uang ke neraca pembayaran. Meskipun hasil akhirnya adalah sama .
persediaan uang menaik berarti defisit lebih besar, namun jalan ceritanya
berbeda. Prosesnya dimulai dengan perubahan dalam kemampuan dan ketersediaan
dari bank untuk menciptakan uang dengan meminjamkan deposito.
|
Peningkatan
dalam persediaan Pengeluaran
meningkat Neraca
Uang,
bank lebih bersedian untuk Tingkat
Perdagangan
Meminjamkan bunga menurun
Ada modal memburuk
Neraca pembayaran keseluruhan
memburuk
|
dan
Penurunan dalam persediaan uang,
bank kurang bersedia untuk memberi
pinjaman
|
Tingkat
bunga Membaik
Menurun Ada modal
Neraca pembayaran keseluruhan
membaik
|
Kesediaan
bank untuk memberi pinjaman dapat secara khas disebabkan oleh kebijaksanaan
moneter yang bersifat ekspansi dari bank sentral, seperti menurunkan
persyaratan batas cadangan bank, atau menurunkan tingkat diskonto dengan mana
bank – bank meminjam cadangan dari bank sentral, atau menciptakan cadangan bank
tambahan dengan membeli tambahan surat – surat berharga pemerintah di pasar
terbuka. Peningkatan kemampuan untuk member pinjaman akan menyebabkan bahwa
bank akan menawarkan tingkat bunga yang lebih rendah kepada para peminjam.
Lebih banyak pinjaman baru diberikan yang membuat jumlah aktiva bank di dalam
negera meningkat (D) dan pada waktu bersamaan juga passive uang (M ) mereka.
Para peminjam memakai dana yang dipinjam untuk membuat pengeluaran baru, untuk
rumah – rumah baru, pabrik, dan peralatan baru, dan barang – barang konsumen
yang tahan lama. Pengeluaran tambahan menjadi ekspandi ganda dari pengeluaran
dan pendapatan nasional, yang mungkin disertai oleh harga – harga yang
meningkat. Kenaikan dalam pendapatan dan harga membuat impor meningkat dan
neraca perdagangan menjadi lebih buruk. Sementara itu penurunan dalam
tingkat bunga dalam negeri menyebabkan pemegang kekayaan uang untuk mencari
tingkat bunga yang lebih tinggi di luar negeri. Perpindahan mereka dari memberi
pinjaman dengan bunga di luar negeri berbentuk penjualan deposito bank di
negeri ini untuk mendapatkan aktiva yang menghasilkan bunga di negara – negara
lain, dan mungkin juga dalam mata – mata uang yang lain. Arus keluar dari
pinjaman ini, atau modal yang mengalir keluar, meletakkan deposito bank di
tangan penduduk negara – negara lain. Baik memburuknya neraca perdagangan
maupun modal yang mengalir keluar member sumbangan kepada memburuknya neraca
pembayaran secara keseluruhan. Suatu penambahan dari persediaan uang jelas
membuat neraca pembayaran keseluruhan lebih buruk. Di pihak lain, suatu
pengetatan dari persediaan uang nasional jelas meningkatkan neraca secara
keseluruhan.
Persoalan
Sehubungan dengan tingkat bunga
Skenario Keynes yang baru dijelaskan
menghadapi dua persoalan penting apabila kita melihat dengan lebih dekat kepada
peranan daripada tingkat bunga.
Yang pertama adalah bahwa di dalam
dunia yang kini peka dengan inflasi, maka menaikkan persediaan uang dapat
meningkatkan tingkat bunga nominal dan bukan menurunkannya. Setelah bertahun –
tahun kesadaran yang semakin meningkat mengenai ancaman memperhebat inflasi,
para investor bertindak dengan sensitif terhadap perubahan – perubahan dalam
jalannya persediaan uang. Berbagai kenaikan yang tidak diduga akhir – akhir ini
mengenai persediaan uang telah memperingatkan para investor akan kemungkinan
mengenai kenaikan harga yang lebih cepat, dan reaksi mereka adalah untuk
menanggap bahwa diperlukan tingkat bunga yang lebih tinggi untuk kompensasi
kepada para peminjam karena inflasi tambahan. Meskipun reaksi mereka tidak
segera demikian, namun cepat atau lambat kenaikan dalam tingkat persediaan uang
akan menyebabkan tambahan inflasi dan tingkat bunga yang lebih tinggi.
Bahkan apabila tambahan persediaan
uang memang menurunkan tingkat bunga di pasar valuta dalam negeri, maka tingkat
bunga yang lebih tinggi akan meningkatkan neraca pembayaran hanya dalam arti
jangka pendek yang sangat terbatas. Kita tidak dapat berbicara tentang
menggunakan tingkat bunga yang lebih tinggi untuk menarik modal (meminjamkan)
ke negeri ini tanpa memikirkan kenyataan bahwa tingkat bunga yang lebih tinggi
itu harus dibayarkan. Dampak negatif daripada pembayaran bunga kemudian dan
pembayaran pokok yang mengalir keluar atas neraca pembayaran akan melampaui
arus masuk permulaan dari modal apabila dollar yang sekarang dan yang akan
datang semua mempunyai timbangan satuan yang sama.
DARI
NERACA PEMBAYARAN KEMBALI KEPADA PERSEDIAAN UANG
Suatu surplus di dalam neraca
pembayaran suatu negara merupakan suatu cara dengan mana negara menambah
persediaan uangnya, dan suatu defisit merupakan cara dengan mana persediaan
uang menjadi habis.
Kesimpulan umum ini secara umum adalah
benar, meskipun implikasi dari suatu surplus atau defisit pembayaran bagi
persediaan uang nasional bergantung kepada bagaimana surplus atau defisit ini
diukur dan kepada lembaga – lembaga moneter negara yang bersangkutan.
Untuk keperluan pembahasan ini kita
akan merumuskan surplus neraca pembayaran sebagai kenaikan netto dalam kekayaan
uang di luar negeri sesuatu negara dikurangi kenaikan netto dari tuntutan uang
negara – negara lain kepada negara ini (deposito bank, mata uang dan
sebagainya).
Di waktu – waktu yang lalu, uang
adalah serupa dengan kekayaan cadangan internasional. Hal ini benar bagi negara
– negara yang utama sebelum akhir abad – 19. Emas merupakan kekayaan cadangan
internasional, dan kekayaan dalam negeri yang mendukung uang kertas, dan bahkan
bentuk mula – mula dari uang yang beredar itu sendiri. Hal ini terutama benar
sebelum timbulnya perbankan cadangan fraksi (fractional reserve banking) selama
abad ke 18. Ketika bank masih melakukan fungsi mengeluarkan surat – surat bank
yang semua dapat ditebus sepenuhnya
dengan emas apabila depositornya mau menyerahkannya, emas adalah uang dan
cadangan. Hal yang serupa dengan ini berlaku bagi banyak perekonomian colonial
sebelum mereka merdeka. Mata uang dari negara colonial beredar di Koloni sebagai
persediaan uang, yang dinaikkan atau diturunkan, bergantung kepada apakah
negara berada dalam surplus atau defisit pembayaran. Apabila uang dan cadangan
adalah sama, maka terdapat suatu identitas sederhana yang menghubungkan surplus
neraca pembayaran dengan persediaan uang nasional.
Apabila cadangan dan uang merupakan
hal yang sama,
B
= ∆ R = ∆ M
Dan
tingkat pertumbuhan dari persediaan uang bergantung hanya kepada neraca
pembayaran :
=
Dimana
B merupakan surplus neraca pembayaran (arus masuk netto dari uang luar negeri).
∆R merupakan perubahan dalam cadangan, dan
∆M adalah perubahan dalam persediaan uang. Surplus neraca pembayaran
yang diukur dengan cara demikian baik sejauh mana persediaan uang negara ini
sedang bertambah dan seluruh mana negara negara lain kehilangan uang.
Kini kebanyakan lembaga – lembaga
moneter negara –negara lebih kompleks dari hal di atas. Persediaan uang tidak
lagi terbatas kepada suatu jumlah yang sama dengan cadangan moneter negara, apakah kekayaan cadangan dalam negeri
atau kekayaaan cadangan internasional. Emas sudah lama ditarik dari peredaran moneter swasta, meskipun masih
merupakan suatu barang konsumen dan industry yang meningkat nilainya. Kekayaan
cadangan internasional suatu negara dipegang untuk sebagian besar oleh pihak
moneter sentral yang berwewenang (bank sentral dan kas negara) dan oleh bank –
bank swasta, sebagai bagian, tetapi hanya bagian dari dukungan persediaan uang
negara. Kebanyakan uang modern terdiri dari deposito atas permintaan dalam bank
yang hanya didukung oleh fraksi cadangan dari sistem perbankan.
Untuk menyederhanakan rangkaian lembaga – lembaga moneter yang lebih kompleks
tanpa merubah hasil – hasil yang pokok, kita akan menganggap pejabat – pejabat
moneter dan bank – bank swasta yang mereka awasi sebagai sektor perbankan yang
terkonsolidasi. Kita juga akan menganggap bahwa semua mata uang kepada luar
negeri menjadi bebannya, dan bahwa uang nasional hanya terdiri dari deposito
bank atas permintaan, dengan mengabaikan mata uang dalam peredaran. Dibawah
asumsi – asumsi ini, persediaan uang nasional (M) terdiri atas cadangan yang
dipegang oleh system perbankan (R) ditambah kekayaan domestic dari sistim
perbankan (D), yang sesuai dengan hutang deposito atas permintaan lainnya.
Apabila cadangan dan uang tidak
merupakan hal yang sama,
M
= R + D,
Dan
karena = ∆R
∆M
= B + ∆D
Sehingga
tingkat pertumbuhan dari persediaan uang bergantung kepada neraca pembayaran
dan juga kepada kredit dalam negeri :
=
Selama
sistim perbankan tidak merubah aktiva dalam negerinya (sehingga ∆D = 0),
saldonya mempengaruhi uang sama langsungnya dalam hal ini seperti tidak harus
dibedakan antara cadangan dengan uang. Apabila persediaan uang mula mula adalah
100, maka surplus neraca pembayaran sebesar 10 per tahun menaikkan persediaan
uang dengan 10 persen per tahun.
Namun di bawah lembaga – lembaga
kontemporer, system perbankan dapat menghilangkan atau “sterilisasi”
ketidakseimbangan pembayaran, yaitu menjaga agar tidak mempunyai dampak netto
atas persediaan uang nasional. Sterilisasi ini dapat dilaksanakan oelh pejabat
– pejabat moneter atau bank – bank swasta di salam sektor perbankan. Para
penguasa dapat melakukan hal ini dengan menanggapi pembayaran surplus dengan
mengurangi kemampuan daripada bank – bank swasta untuk member pinjaman (dengan
kebijaksaanaan uang yang demikian ketat sehingga menaikkan persyaratan cadangan
dari bank – bank swasta). Bank – bank swasta dapat melakukan hal ini, apabila
mereka menginginkan, dengan mengurangi pemberian pinjaman mereka kepada
peminjam dalam negeri sebesar jumlah surplus pembayaran. Dengan demikian, suatu
surplus pembayaran sebesar 10 persen setahun dapat juga agar tidak mempengaruhi
persediaan uang apabila system perbankan mengurangi kredit dalam negeri dengan
10 persen per tahun , dengan membuat agar B = - ∆D, sehingga YM = 0. Sesuai
dengan itu, system perbankan dapat menstrelisasi suatu defisit dengan
memperbesar kredit luar dalam negeri secukupnya untuk mempertahankan agar
persediaan uang seluruhnya tetap sama.
Dengan demikian, suatu surplus atau
defisit pembayaran mempengaruhi persediaan uang hanya apabila system perbankan
tidak mensterilisasi ketidakseimbangan pembayaran. Ada batas batas jelas bagi
sistim perbankan untuk melindungi persediaan uang nasional sama sekali terhadap
neraca pembayaran. Apabila negara tetap mengalami surplus, dan berusaha untuk
mengimbangi hal ini dengan mengurangi pemberian pinjaman dalam negeri, maka
setelah beberapa waktu cadangannya (misalnya, deposito di bank – bank luar
negeri) akan sebesar persediaan keseluruhan uang dalam negeri , dan surplus –
surplus lain akan menaikkan persediaan uang (kecuali apabila sistim perbankan
menjadi peminjam netto dari sektor – sektor lainnya dalam perekonomian). Di
pihak lain, apabila negara tetap mengalami defisit, maka sistim perbankan akan
segera kehabisan cadangan. Meskipun hal ini mungkin apbila negara bersedia
untuk membiarkan mata uangnya berfluktuasi dalam nilainya tanpa dukungan resmi,
maka hal ini bertentangan dengan system kurs tukar tetap yang sedang kita bahas
sekarang. Dengan demikian neraca pembayaran cepat atau lambat cenderung
mempengaruhi persediaan uang, akan tetapi mungkin lebih belakangan dalam negara
– negara dengan ketidakseimbangan pembayaran yang kecil secara relative
terhadap cadangan dan persediaan uang.
KESIMPULAN
Karena pasar valuta asing merupakan
pasar dimana uang diperdagangkan dengan uang, maka tidak dapat dielakkan bahwa
penjelasan mengenai bagaimana pergerakan dari kurs tukar akan berkisar pada
penawaran dan permintaan akan uang nasional. Dalam jangka panjang, permintaan
akan suatu uang nasional dapat dinyatakan sebagai kPy, atau suatu koefisien
tingkah laku (k) dikalikan dengan tingkat harga (P) dikalikan dengan tingkat
produk nasional nyata (y). Keseimbangan menyesuaikan permintaan ini terhadap
persediaan uang (M). Suatu keseimbangan yang serupa akan cenderung bertahan
dalam negara – negara asing (Mf = kf Pf yf).
Keseimbangan – keseimbangan pasar
uang yang terpisah dapat dirobah menjadi teori kurs tukar dengan bantuan teori
paritas daya beli. Teori ini meramalkan bahwa persaingan Internasional akan
cenderung menyamakan harga dalam dan luar negeri dari barang – barang dan jasa
– jasa yang diperdagangkan, sehingga P = rPf keseluruhan, di mana r adalah
harga daripada mata uang asing dalam satuan mata uang dalam negeri. Apabila
paritas daya beli berlaku, maka pendekatan moneter kepada kurs tukar meramalkan
bahwa :
r
=
=
Perubahan
dalam persediaan uang dan produk nasional nyata dengan demikian adalah penting
bagi pengertian tentang perubahan jangka panjang dari kurs tukar.
Teori paritas daya beli dapat
bertahan dengan baik untuk jangka waktu, katakanlah, satu decade atau lebih di
bawah kurs normal daripada perobahan harga. Namun untuk jangka pendek,
ramalannya kurang tepat. Perubahan jangka pendek dari kurs – kurs tukar secara
kritis bergantung kepada pengharapan para investor dan tanggapan mereka atas berita – berita.
Mereka nampaknya amat memperhatikan berita – berita politik, angka – angka
neraca pembayaran, dan banyak petunjuk lainnya mengenai permintaan dan
penawaran jangka panjang.
Persediaan uang mempengaruhi neraca
pembayaran di bawah kurs – kurs tukar tetap sama seperti ia mempengaruhi kurs tukar
pasar mengambang. Persediaan uang dalam negeri yang lebih besar. Berarti defisit pembayaran yang lebih besar.
Hasil ini dapat diperoleh dari pandangan monetaris atau Keynes, meskipun yang
terakhir ini mengandung beberapa bagian yang kurang sesuai sehubungan dengan
peranan daripada tingkat – tingkat bunga.
Karena surplus atau defisit
keseluruhan atas neraca pembayaran secara kasar merupakan suatu arus uang netto
atau cadangan yang mendukung uang, neraca pembayaran jelas dapat mempengaruhi
persediaan uang nasional. Lembaga – lembaga kontemporer memungkinkan, dalam
batas – batas luas, bagi pejabat moneter untuk memutuskan hubungan ini dengan “
mensterilisasi”, atau mengimbangi surplus atau defisit neraca pembayaran.
Surplus dapat dijaga agar tidak menambah kepada persediaan uang nasional dengan
pengetatan oleh system perbankan mengenai kredit domestic, dan defisit dapat
diimbangi oleh perluasan daripada kredit dalam negeri.